Senin, 01 September 2008

Investment Planning

Dalam Financial Planning, perencanaan investasi atau Investment Planning sering kali disebut juga sebagai Wealth Accumulation (Akumulasi kekayaan), mengakumulasi kekayaan penting dilakukan oleh setiap orang yang melakukan perencanaan keuangan. Akumulasi kekayaan memerlukan jangka waktu yang lama untuk mencapai dana tertentu dalam rencana kita menuju Financial Independent. Akumulasi ini harus dilakukan selama kita masih memiliki penghasilan, akumulasi dilakukan dengan cara menyisihkan sebagian penghasilan kita setiap bulan. Akumulasi harus dilakukan secara terus menerus (persistence) dengan keteguhan hati dan disiplin pada diri kita sendiri, yang dinyatakan dalam diri kita dan menjadi suatu komitmen untuk melakukan akumulasi.

Setelah melakukan akumulasi setiap bulan, selalu timbul masalah baru, yaitu kemana kita harus melakukan investasi supaya dana yang kita akumulasi itu akan tumbuh dan berkembang terus-menerus ? Bagaimana cara melakukan investasi tersebut ?

Sebelum kita menjawab pertanyaan di atas, kita harus menyadari bahwa dana yang sudah diakumulasi tidak berkembang atau tumbuh, itu sama artinya kita sudah mengalami kerugian yang bisanya disebut opportunity loss, yang besarnya sama dengan suku bunga bebas resiko, biasanya mengacu pada suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Kalau kita melakukan investasi, kita juga harus menyadari setiap investasi selalu berbanding terbalik dengan resiko, yang artinya besarnya keuntungan investasi selalu sama dengan kerugian investasi atau disebut standar deviasi.

Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa setiap investasi selalu terdapat resiko dan setiap dana yang tidak berkembang selalu mengalami kerugian. Kita harus mempunyai kemampuan untuk melakukan investasi yang mengalahkan ‘musuh’ dari investasi yaitu tingkat inflasi. Kalau tingkat pertumbuhan investasi kita di bawah tingkat inflasi artinya kita mengalami kerugian juga karena daya beli hasil investasi di masa depan kita berkurang sedangkan kalau tingkat investasi sama dengan tingkat inflasi sama artinya uang kita tidak berkembang.

Kita harus mengenal diri kita sendiri sebelum melakukan investasi terutama profil resiko kita apakah termasuk orang yang berprofil takut akan resiko (risk averter), moderat atau suka akan resiko (risk taker). Orang yang risk averter harus melakukan investasi pada instrumen-instrumen yang resikonya kecil seperti deposito, SBI, reksadana pasar uang atau pendapatan tetap. Yang moderat dapat melakukan investasi pada reksadana campuran dan pendapatan tetap sedangkan yang risk taker dapat melakukannya pada saham atau reksadana saham.

Melakukan alokasi aset dalam investasi penting sekali untuk melakukan diversifikasi dalam rangka mengurangi resiko yang timbul dari investasi. Mintalah nasihat pada perencana keuangan anda untuk melakukan alokasi-alokasi investasi sehingga investasi anda benar-benar aman sesuai dengan rencana keuangan anda untuk mencapai financial independent. Kegagalan investasi akan membuat anda untuk gagal mencapai tujuan anda sendiri. Ingat, cerita seseorang tentang keberhasilan investasinya lebih banyak dari cerita kegagalannya, padahal kenyataan malah sebaliknya.

Tidak ada komentar: